Kecamatan Sawoo

Kantor Kecamatan Sawoo berada di Desa Prayungan

Perempuan Penunggang Kuda

Acara rutin setiap memperingati hari Kemerdekaan 17 agustus 1945 Kecamatan Sawoo selalu mengadakan kirab pusaka "Dhara Manggala" yang diiringi dengan drumband SMA Bakti Ponorogo

Mayoret Drumband SMA Bakti Ponorogo

Acara rutin setiap memperingati hari Kemerdekaan 17 agustus 1945 Kecamatan Sawoo selalu mengadakan kirab pusaka "Dhara Manggala" yang diiringi dengan drumband SMA Bakti Ponorogo

Pusaka "Dhara Manggala"

Pusaka "Dhara Manggala" adalah pusaka Sunan Kumbul yang berada di Petilasan yang akan dikirabkan menuju ke Kantor Kecamatan Sawoo

Kereta Kuda Bapak Bupati Ponorogo

Dalam memperingati Acara Kirab Pusaka "Dhara Manggala" di Kecamatan Sawoo juga di hadiri Bapak Bupati Ponorogo yang ikut menunggangi kereta kuda

Jumat, 28 Juni 2013

Struktur Organisasi

Arghaseta

Rabu, 26 Juni 2013

Komponen Program


Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut :
1. Pengembangan Masyarakat.
Komponen Pengembangan Masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai.
Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.

Selasa, 25 Juni 2013

Sejarah


Pra Kondisi
- Pada Bulan Agustus – Desember 2006 : Pemerintah mendapatkan tekanan yang berat dari publik yang mengatakan Presiden telah berbohong dengan menyatakan angka kemiskinan turun, yang dikutip dari naskah Pidato Kenegaraan Presiden pada tanggal 16 Agustus 2005 dan menuduh pemerintah sengaja menyembunyikan angka kemiskinan terbaru dari BPS.

- Presiden melakukan serangkaian Sidang Kabinet dan meminta untuk mengumumkan angka kemiskinan terbaru dari BPS pada Bulan Oktober 2006.

- Tanggal 15 Desember 2006, Presiden menegaskan agar data dasar kemiskinan adalah dengan menggunakan angka yang dikeluarkan BPS dan semua kementerian/lembaga dilarang untuk melakukan survei sendiri-sendiri untuk menghindarkan perbedaan angka statistik mengenai kemiskinan.

- Menko Kesra pada waktu itu dijabat oleh Bapak Aburizal Bakrie menegaskan lebih lanjut dengan menghentikan seluruh proyek dan kegiatan survei yang akan dilakukan oleh K/L untuk Tahun Anggaran 2007 sebesar 850 milyar rupiah di 11 K/L.
Kronologis Pembentukan PNPM Mandiri :
- Tanggal 23 Mei 2006 : Rapat antara Menko Kesra, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas beserta staf terkait memutuskan untuk melanjutkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang mendekati closing date dalam pendanaannya melalui pinjaman Bank Dunia, namun perlu dintegrasikan dalam suatu Wadah Program Nasional dan akan di-scale up ke seluruh desa dan kecamatan miskin.

- Pada rapat tanggal 23 Mei 2006 tersebut tercapai kesepakatan di antara Menko dan Menteri terkait, bahwa Menko Perekonomian yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Boediono akan berkonsentrasi untuk menjaga kestabilan makro ekonomi dan Menko Kesra ( Bapak Aburizal Bakrie) sepakat untuk mengkoordinasikan program-program yang sifatnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di semua K/L termasuk yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan.

- Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 khusus untuk Penanggulangan Kemiskinan: Presiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat.
- Tim yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra bersama Deputi Bidang kemiskinan, UKM dan Ketenaga kerjaan Bappenas, Ditjen PMD, Depdagri, Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum bekerja keras menggarap konsep, nama dan disain awal program nasional pemberdayaan masyarakat ini dan sepakat mengajukan nama program sebagai “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

- 12 September 2006 : Menko Kesra, Menko Perekonomian Menteri Keuangan, Kepala Bappenas dan menteri-menteri terkait menyetujui untuk menetapkan “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja berbasis pemberdayaan masyarakat.

- Menko Kesra menindak lanjuti mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk menambah alokasi dana BLM (Bantuan Langsung Mansyarakat), Mendagri minta Gub, Bupati/Walikota menyampaikan usulan lokasi, Bappenas merancang pendanaan PNPM pada TA 2007.

- Tanggal 14 September 2006 Presiden RI menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM-Mandiri.

- Logo PNPM Mandiri yang sekarang digunakan diciptakan oleh Tim yang dipimpin oleh Direktur Kemiskinan Bappenas pada saat itu dan pada rapat Tim Pelaksana PNPM Mandiri yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra ditetapkan sebagai Logo Resmi PNPM Mandiri.

- Pada tanggal 30 April 2007  PNPM-Mandiri diluncurkan Presiden di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

- Pada saat diluncurkan PNPM Mandiri terdiri dari  : PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan pernyempurnaan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dikelola oleh Ditjen PMD Depdagri dan PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan penyempurnaan dari Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dikelola oleh Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum.

- Pada Tahun 2008, pada PNPM Mandiri ditambahkan program-program yang berbasis pemberdayaan masyarakat , sehingga PNPM Mandiri selain PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan ditambah dengan beberapa program lainnya :
  1. PNPM-P2DTK (Program Pembangunan Daerah Khusus dan Tertinggal, dikelola oleh Kementerian PDT, mendapat pinjaman dari Bank Dunia.
  2. PNPM- PPIP ( Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan) yang pada tahun 2009 menjadi RIS-PNPM (Rural Infrastructure Services), dikelola oleh Ditjen. Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, dengan pinjaman dari ADB.
  3. PNPM-PISEW/RISE ( Program Infrastuktur Sosial Ekonomi Wilayah/Rural Infrastructure for Social and Economic Activities), dikelola oleh Ditjen. Cipta Karya, Dept. Pekerjaan Umum, Ditjen. Bina Pembangunan Daerah, dan Bappenas, dengan pinjaman dari JICA/JBIC.
Ke-5 program dalam PNPM Mandiri ini merupakan Program Inti (Core) artinya Program yang membangun Sistem, proses dan prosedur serta wadah bagi pemberdayaan masyarakat di setiap desa.
Sejak Tahun 2008, maka dikembangkan pula PNPM yang sifatnya sektoral, dalam artian tidak sepenuhnya open menu namun sudah terfokus pada sektor tertentu, yaitu :
  1. PNPM PUAP (Program Usaha Agribisnis Perdesaan), dikelola oleh Kementerian Pertanian.
  2. PNPM-KP (Kelautan dan Perikanan), dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
  3. PNPM – Pariwisata, dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan  Pariwisata.
  4. PNPM-Permukiman, dikelola oleh Kementerian Perumahan Rakyat. 
- Selain itu juga dikembangkan skema-skema PNPM yang sifatnya terfokus pada kelompok sasaran tertentu dan ditambahkan (on-top) pada PNPM inti yang dikelola oleh K/L pengelolanya, yaitu :
  1. PNPM Generasi Sehat Cerdas (PNPM untuk meningkatkan Kesehatan Ibu dan anak dan pendidikan keluarga) dikelola oleh Ditjen. PMD, Kemendagri,  mendapat bantuan hibah dari Ausaid/PSF.
  2. PNPM Hijau (Green KDP), ditambahkan pada lokasi PNPM Perdesaan, dikelola oleh Ditjen. PMD, Depdagri, mendapat pendanaan dari Multidonor PNPM Support Facility (PSF).
  3. PNPM-Peduli, PNPM yang diperuntukkan bagi Kelompok masyarakat rentan (korban trafficking, PSK, transgender, anak yatim, para janda kepala keluarga, penyandang cacat, KAT, penderita HIV/AIDS, penderita Lepra, pecandu narkoba, kelompok marginal lainnya), dikelola oleh LSM yang diseleksi, mendapat pendanaan dari Multidonor PSF.

Senin, 24 Juni 2013

Pengertian dan Tujuan

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :
  1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
  2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah :

Tujuan Umum
  • Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
Tujuan Khusus
- Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
- Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.
- Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)
- Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
- Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
- Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
- Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Minggu, 23 Juni 2013

Petilasan Sunan Kumbul



Petilasan Sunan Kumbul adalah sebuah tempat di mana Sunan Paku Buwono II disuruh kakaknya Pangeran Kalipo Kusumo berhenti dan bertapa di bawah pohon Sawoo untuk menyelesaikan masalah keadaan yang menimpa Kraton Kartosuro. Untuk lebih jelasnya Klik Disini.


Sehingga sampai sekarang dikeramatkan oleh masyarakat desa Sawoo dan sekitarnya. Tiap-tiap hari tertentu, terutama malam Jum’at banyak orang yang berjiarah di tempat itu. Para pejiarah itu bukan hanya orang dari desa Sawoo saja, teta­pi juga dari daerah lain. Para pendatang itu pada umumnya mempunyai rnaksud  tertentu, misalnya ingin agar usahanya maju, ingin agar naik kelas, agar sembuh dari penyakitnya, agar mendapat kedudukan di dalam tempat kerjanya dan lain sebagainya.

Gunung Bayang Kaki


Gunung Bayangkaki adalah gunung yang tak aktif yang terletak di Ponorogo Jawa Timur, tepatnya di Desa Temon, Kecamatan Sawoo. Gunung Bayangkaki memiliki empat puncak, yakni Puncak Ijo (Gunung Ijo), Puncak Tuo (Gunung Tuo), Puncak Tumpak (Puncak Bayangkaki) dan Puncak Gentong (Gunung Gentong). Di balik indahnya alam dan kokohnya batu-batu besar yang menjulang, Bayangkaki memiliki berbagai keunikan dan masih diselimuti dengan mitos yang terus berkembang dalam masyarakat sampai sekarang. Salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah ketika Puncak Gentong sudah terbakar tanpa sebab berarti musim penghujan akan segera tiba.

Sumber : Dinas Budaya dan Pariwisata Ponorogo

Sabtu, 22 Juni 2013

Air Terjun Juruk Klenteng


Air terjun Juruk Klenteng atau air terjun Tumpuk adalah air terjun yang terletak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Air terjun ini berlokasi di perbatasan Ponorogo dan Trenggalek. Dinamakan air terjun Juruk Klenteng karena tempatnya yang menjuruk kedalam dihimpit dua tebing gunung bebatuan. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 45 meter ini. Pada ujung bawah air terjun terdapat sendang yang airnya terlihat hijau yang disebut kedung. Menurut mitos, kedung atau lubuk tersebut adalah tembusan ke laut selatan.

Sumber : Dinas Budaya dan Pariwisata Ponorogo

Jumat, 21 Juni 2013

Kontak Kami



PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
KECAMATAN SAWOO
Jalan Ponorogo-Trenggalek | Kode Pos 63475

              
               CEO WEB KECAMATAN SAWOO 


                 



      Kamis, 20 Juni 2013

      Profil Camat

      Arghaseta

      Rabu, 19 Juni 2013

      Struktur Organisasi

      Arghaseta

      Selasa, 18 Juni 2013

      Visi dan Misi

      Arghaseta

      Senin, 17 Juni 2013

      Sejarah Sawoo

      Mengenai Sejarah Sawoo  ini erat hubungannya dengan Pangeran Kalipo Kusumo yang menurut kepercayaan masyarakat de­sa Sawoo dan sekitarnya dimakamkan di Gunung Bayangkaki yang letaknya tak jauh dari desa tersebut.
      Siapakah sebenarnya Pangeran Kalipo Kusumo itu ?. Menurut cerita masyarakat desa Sawoo dan sekitarnya, Panger­an Kalipo Kusumo adalah putra Paku Buwono: I dari Kartosuro. Beliau tidak menginginkan kebahagiaan duniawi, tetapi ingin mencari ketenteraman lahir dan batin, untuk itu beliau meninggalkan kerajaan, berjalan ke arah timur dan akhirnya sampai di suatu bukit yang sekarang bernama Gunung – Bayang kaki. Gunung tersebut terletak di wilayah Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Setelah berada di tempat tersebut, pada siang hari beliau melakukan semedi di puncak gunung, jika malam hari telah tiba, pindah di suatu Gua yang terletak di gunung itu juga,
      Semenjak Pangeran Kalipo Kusumo bertapa di puncak Gunung Bayang kaki, keadaan masyarakat di sekitarnya kelihatan tenteram dan damai. Bahkan sawah ladangnya pun terhindar dari serangan hama, sehingga hasilnya berlipat ganda. Pangeran Kalipo Kusumo bersifat pengasih dan penyayang kepada sesama manusia, khususnya kepada orang-orang di sekitar pertapaannya. Oleh sebab itu beliau sangat disegani dan dihormati oleh penduduk di sekitar pertapaannya.
      Setelah beberapa tahun Pangeran Kalipo Kusumo bertapa di Gunung Bayang kaki, di kraton Kartosuro terjadi peperangan yang dikenal dengan istilah Perang Cina perang candu yang terjadi di sekitar. tahun 17^2, Pada saat perang meletus Kartosuro ti­dak diperintah oleh Paku Buwono I, tetapi telah diganti oleh Paku Buwono II, yaitu adik Pangeran Kalipo Kusumo. Pada peperangan itu Sunan Paku Buwono II terdesak dan akhirnya meninggalkan kraton, Dalam perjalanannya beliau menuju ke arah timur, bermaksud mencari kakaknya.
      Setelah beberapa hari dalam perjalanan akhirnya Sunan Paku Buwono II dapat bertemu dengan Pangeran Kalipo Kusumo. Di dalam perjumpaan itu Paku Buwono II menceriterakan keadaan yang menimpa kraton Kartosuro. Mendengar. cerita adiknya itu Pangeran Kalipo Kusumo sangat sedih. Beliau segera mengheningkan cipta, memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Setelah selesai semedinya, Pangeran Kalipo Kusumo memberi petunjuk kepada adiknya agar turun dari gunung tempat pertapaannya, supaya berjalan menuju ke arah selatan, jika di dalam perjalanan itu telah menemukan 2 (dua) batang pohon sawo (sawo  kembar) atau (Jawa Sawo  sakembaran), Paku Buwono II disuruh berhenti dan bertapa di bawah pohon tersebut.
      Setelah beberapa saat lamanya bertapa (menurut keterangan selama 40 hari), Paku Buwono II naik ke Gunung Bayang kaki bermaksud minta diri kepada kakaknya untuk pulang ke Kartosuro. Setelah mendapat petunjuk-petunjuk dari kakaknya Sunan Paku Buwono II segera meninggalkan Gunung Bayang kaki.
      Dalam perialanannya kembali ke Kartosuro, Sunan Paku Buwono II singgah di desa Tegalsari di rumah Kyai Ageng Kasan Basari I. Di tempat ini beliau dijamu oleh Kyai Ageng. Sunan Pa­ku Buwono II sangat berkenan di hati atas segala kebaikan Kyai Ageng Kasan Basari. Oleh sebab itu, maka desa Tegalsari tempat tinggal Kyai Ageng Kasan Basari I dijadikan desa perdikan yang bebas dari pajak.
      Kemudian Sunan Paku Buwono; II melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke kraton Kartosuro. Setelah sampai di sebuah de­sa, beliau merasa haus. Pada saat itu beliau bertemu dengan seorang nenek, lalu berkenalan dan bercerita, sehingga dalam waktu yang singkat sudah kelihatan sangat akrab. Oleh karena itu si nenek tidak segan-segan untuk memohon Sunan Paku Buwono II singgah di tempat tinggalnya. Sesampainya di rumah, si nenek segera memasak bubur (jenang Jawa). Setelah bubur itu masak segera disuguhkannya. Melihat bubur yang masih mengepul itu Sunan segera ingin menyantapnya, tetapi si nenek segera mencegahnya. Kemudian si nenek memberitahukan jika makan bubur
      sebaiknya dari pinggir, jangan dari tengah. Karena kalau dari pinggir pasti tidak terasa panas dan segera habis. Anjuran si nenek ini ditaatinya oleh Sunan Paku Buwono II dan ternyata memang benar. Pada saat makan itu Sunan Paku Buwono II seperti mendapat firasat, bahwa cara makan bubur yang dimulai dari pinggir. itu dapat dipakai sebagai taktik untuk mengadakan perlawanan terhadap musuh yang telah menguasai Kraton Kartosuro. Maka dari itu beliau segera mencoba taktik yang baru ditemukannya, yakni menyerang pertahanan musuh dari tepi kemudian ke tengah dan akhirnya ke pusat pertahanan. Dengan taktik tersebut ternyata membawa hasil yang gemilang, pertahanan musuh dapat dihancurkan, sehingga Sunan Paku Buwono II dapat menduduki tahta kraton Kartosuro lagi. Untuk mengenang jasa nenek yang telah memberikan jalan terang bagi Sunan Paku Buwono II, maka desa tempat tinggal si nenek tersebut dijadikan perdikan yang kemu­dian dinamakan desa Menang.
      Dengan adanya peristiwa kemenangan Sunan Paku Buwono II, di dalam melawan musuh yang menguasai kerajaan Kartosuro, maka Sunan Paku Buwono II lalu diberi julukan Pangeran Kumbul. Desa tempat Sunan Paku Buwono bertapa hingga sekarang dinamakan de­sa Sawoo dan tempat untuk bertapa dinamakan patilasan Sunan Kum­bul. Patilasan Sunan Kumbul hingga sekarang dikeramatkan oleh masyarakat desa Sawoo dan sekitarnya. Tiap-tiap hari tertentu, terutama malam Jum’at banyak orang yang berjiarah di tempat itu. Para pejiarah itu bukan hanya orang dari desa Sawoo saja, teta­pi juga dari daerah lain. Para pendatang itu pada umumnya mem puinyai rnaksud  tertentu, misalnya ingin agar usahanya maju, ingin agar naik kelas, agar sembuh dari penyakitnya, agar mendapat kedudukan di dalam tempat kerjanya dan lain sebagainya.
      Pada saat Sunan Paku Buwono II mengadakan perlawanan ter­hadap musuh yang menduduki tahtanya, Pangeran Kalipo Kusumo tidak dapat ikut berjuang, tetapi berdoa di tempat pertapaannya. Hal ini disebabkan karena Pangeran Kalipo Kusumo telah bersumpah tidak akan meninggalkan tempat pertapaannya hingga akhir hayatnya. Setelah Pangeran Kalipo Kusumo tua dan merasa ajalnya sudah hampir tiba, tanpa diketahui siapapun juga, beliau membuat liang kubur yang kelak akan dipakainya sendiri. Setelah liang kubur itu jadi, maka beliau berpesan kepada para pengikutnya, agar kelak kalau beliau meninggal supaya dimakamkan di liang kubur yang telah dibuatnya sendiri. Liang kubur tersebut dibuat di puncak gunung Bayang kaki (tempat pertapaannya). Oleh sebab itu setelah Pangeran Kalipo Kusumoi wafat, oleh para pengikutnya dimakamkan di puncak gunung tempat pertapaannya.
      Pada saat beliau meninggal, yang mengusung jenasahnya adalah arang laki-laki yang telah lanjut usia (Jawa: kaki-kaki) sehingga cara mengusung jenasah tersebut diangkat bersama de­ngan sangat hati-hati (Jawa: dibayang-bayang). Oleh sebab itu Gunung tempat Pangeran Kalipo Kusumo bertapa dan dimakamkan ini kemudian dinamakan Bayang kaki.(Balai Penelitian Sejarah dan Budaya Yogyakarta, 1981-1982).
      Pada periode penjajahan Belanda, daerah Sawoo dan sekitar nya merupakan daerah yang aman. Saat itu Kepala desa yang memerintah di desa Sawoo adalah Bapak Ibrahim, setelah beliau wafat, diganti Bapak Sardjon© dan pada akhir penjajahan Belan­da hingga awal Kemerdekaan, Kepala desa Sawoo dipegang oleh Ba pak Supono, Pada saat itu masyarakat Sawoo keadaannya sangat menyedihkan.
      Pada periode penjajahan Jepang, desa Sawoo juga merupakan desa yang aman. Pada saat itu Kepala desa dipegang oleh Bapak Supono. Menurut informasi dari Bapak Supono pen duduk desa Sa­woo, pada saat  itu sangat menyedihkan. Saat  itu penduduk dilarang masak nasi (beras), mereka dianjurkan untuk makan na­si tiwul. Semua hasil padi, harus diserahkan kepada Pemerintah Jepang, dengan alasan untuk memberimakan tentara kita. Disanping kekurangan makan, penduduk Sawoo dan sekitarnya juga kekurangan pakaian. Pada saat itu jarang kita jumpai penduduk yang memakai kain, mereka menutup anggata badannya dengan goni, bahkan di daerah pelosok ada yang tidak berpakaian sama sekali.
      Walaupun daerah Sawoo merupakan daerah yang aman, namun tak luput dari semua peraturan-peraturan pemerintah Jepang yang diterapkan di seluruh Indonesia, Pada saat itu Jepang memerlukan tenaga kasar yang dikenal dengan istilah Romusya, Pada mulanya perlakuan Jepang terhadap Romusya cukup baik, tetapi lama kelamaan para romusya diperlakukan sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Para romusya banyak yang tidak kembali (mati), jika ada yang pulang tinggai kulit pembalut tulang saja,
      Menurut informasi dari bapak Supono yang menjabat Kepala Desa pada saat itu penduduknya juga banyak yang menjadi korban romusya, Mereka ada yang dapat melarikan diri dalam perjalanan sehingga pulang dengan selamat, Bagi mereka yang ti­dak dapat meloloskan diri, sebagian besar banyak yang tidak pulang lagi. Mereka yang tidak pulang itu kemungkinan besar meninggal dalam melaksanakan tugas,
      Pada periode kemerdekaan, khususnya pada waktu gerilya Jendral Sudirman daerah Sawoo termasuk didalam route perjalanannya, menurut inforraasi dari bapak Supono (bekas lurah desa Sa­woo). pada saat para gerilya berada di desa Ngindeng dan Tumpak Pelem bapak Sudirman sempat beristirahat di desa Sawoo selama sehari. Pada saat itu penduduk desa Sawoo ikut aktif di dapur umum, menyediakan makanan pasukan anak buah Jendral Sudirman,

      Minggu, 16 Juni 2013

      Sekilas Sawoo



      Sawoo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berada di bagian timur Kabupaten Ponorogo, dan batas-batasnya adalah:
      • Sebelah barat: Kecamatan Sambit
      • Sebelah timur: Kecamatan Pulung, Kecamatan Bendungan (Kabupaten Trenggalek)
      • Sebalah Selatan: Kecamatan Tugu (Kabupaten Trenggalek)
      • Sebelah Utara: Kecamatan Sooko, Kecamatan Mlarak
      Statistik daerah Kecamatan Sawoo jarak ke ibukota km2 % thd kec kecamatan (km) 001 tumpuk 7.615    6.11      13.0 002 pangkal 13.882   11.13     10.0 003 tumpakpelem 9.216    7.39      7.0 004 tempuran 10.713   8.59      12.0 005 sriti 8.750    7.02      10.0 006 temon 16.882   13.54     10.0 007 sawoo 17.650   14.15     2.0 008 prayungan 12.390   9.94      0.1 009 tugurejo 2.922    2.34      2.5 010 grogol 11.129   8.92      4.0 011 ketro 1.081    0.87      3.0 012 kori 3.500    2.81      5.0 013 bondrang 4.366    3.50      10.0 014 ngindeng 4.606    3.69      5.0 124.702  100.00   j u m l a h : desa luas wilayah   kecamatan sawoo terletak di sebelah timur pusat pemerintahan kabupaten ponorogo. luas wilayah kecamatan sawoo adalah 124,702 km 2 , dari seluruh desa yang ada di kecamatan sawoo yang mempunyai  wilayah terluas adalah desa sawoo dengan luas wilayah 17,650 km 2 atau sekitar 14,15 persen dari luas wilayah kecamatan sawoo. sedangkan yang mempunyai wilayah terkecil adalah desa ketro dengan luas wilayah 1,081km 2 atau sekitar 0,87 persen dari luas wilayah kecamatan sawoo. menurut statusnya, 14 desa di kecamatan ini berstatus desa atau perdesaan. jika ditinjau dari jarak desa ke ibukota kecamatan, desa yang terjauh adalah desa tumpuk yaitu sekitar 13 km, sedangkan yang terdekat adalah desa prayungan, sebab kantor kecamatan berada di desa ini.    luas wilayah dan jarak ke ibukota  kecamatan               sumber : monografi desa luas wilayah kecamatan sawoo 9,09 persen dari total luas wilayah kabupaten ponorogo dan sebagian wilayahnya terdiri dari pegunungan.

      Statistik daerah Kecamatan Sawoo  2  0 100 200 300 400 500 14 54 160 500 001 tumpuk 4 9 31 002 pangkal 4 19 58 003 tumpakpelem 3 9 27 004 tempuran 4 19 54 005 sriti 4 9 28 006 temon 4 19 57 007 sawoo 5 12 64 008 prayungan 3 7 34 009 tugurejo 2 4 15 010 grogol 8 19 60 011 ketro 2 5 11 012 kori 3 11 23 013 bondrang 4 8 16 014 ngindeng 4 10 22 54 160 500 jumlah d e s a j u m l a h rw rt dusun     statistik pemerintahan kecamatan  sawoo         sumber :monografi desa jumlah dusun, rw dan rt  kecamatan sawoo            sumber : monografi desa        unit pemerintahan daerah di bawah kabupaten secara langsung adalah kecamatan. sedangkan kecamatan terbagi habis ke dalam desa/ kelurahan. kecamatan sawoo terbagi habis ke dalam 14 desa, 54 dusun, 160 rukun warga (rw) dan 500 rukun tetangga (rt).   secara rinci, dari 14 desa yang ada di kecamatan sawoo, dusun terbanyak berada di desa grogol yaitu sejumlah 8 dusun, sedangkan dusun paling sedikit berada di desa tugurejo dan ketro yaitu sejumlah 2 dusun. jumlah rukun warga ( rw ) terbanyak berada di desa pangkal, desa tempuran, desa temon dan desa grogol yaitu sejumlah 19 rw, sedangkan rukun warga ( rw ) paling sedikit dimiliki oleh desa tugurejo yaitu sejumlah 4 rw. rukun tetangga ( rt ) terbanyak berada di desa sawoo yaitu sejumlah 64 rt, sedangkan rukun tetangga paling sedikit berada di desa ketro yaitu sejumlah 11 rt.  kecamatan sawoo terdiri dari14 desa 54 dusun 160 rw dan 500 rt

      Statistik daerah Kecamatan Sawoo uraian jumlah jumlah penduduk 63,771 luas wilayah (km2) 125 kepadatan (jiw a/km2) 511 sex ratio 99 jumlah rumah tangga 17,628 rata-rata penduduk/rumah tangga 4 4 000 2 000 0 2 000 4 000 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 laki-laki perempuan     penduduk kecamatan sawoo akhir tahun 2010 sebesar 63.771 jiwa yang terbagi atas laki-laki 31.736 jiwa dan perempuan 31.940 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 511jiwa/km 2 . desa yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah desa grogol sebesar 8.586 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.229 jiwa dan perempuan sebanyak 4.357 jiwa. jika dilihat kepadatan per desanya, maka desa ketro, tingkat kepadatannya paling tinggi jika dibandingkan dengan desa lainnya. hal ini disebabkan desa ketro adalah desa kecil yang sektor pertaniannya sangat maju dan berhasil. piramida penduduk kecamatan sawoo tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk kabupaten ponorogo didominsasi oleh penduduk muda/dewasa. jumlah penduduk usia  30-34, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk kelompok lainnya. sedangkan jumlah terkecil adalah kelompok umur lansia yaitu 70-74.     indikator kependudukan kecamatan sawoo         sumber :bps kabupaten ponorogo  piramida penduduk kecamatan sawoo             sumber : bps kabupaten ponorogo kepadatan penduduk di kecamatan sawoo adalah 511 jiwa/km2
      Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...